Kamis, 28 April 2011

Merindukan Allah

------------------------------------------------------------------------
* Kajian Seninan adalah ruang belajar bersama mempertanggungjawabkan iman secara rasional dengan tujuan untuk mendewasakan iman orang muda Katolik. Ruang belajar ini dirintis oleh dan terbuka untuk semua orang muda Katolik.
-------------------------------------------------------------------------
Manusia Merindukan Allah

Pernahkan kita rindu akan seseorang atau sesuatu? Entah itu keluarga, kekasih atau suasana tertentu? Sebagian besar, bahkan semua dari kita pernah merasakan apa yang disebut dengan RINDU.

Beberapa kawan yang hadir dalam Kajian Seninan (KS) membagikan pengalamannya akan rasa RINDU itu. Seorang kawan berbagi pengalaman bagaimana dia rindu sosok seorang ibu yang tidak dia dapatkan sedari kecil hingga dewasa. Seorang lagi rindu pada tradisi yang dulu rutin dilakukan, sama seperti seorang kawan juga yang merasa rindu pada kebiasaan baik yang jika tidak dilakukan membuat seakan ada sesuatu yang hilang.

Nampaknya RINDU berkaitan dengan konsep KEHILANGAN. Kehilangan semacam apa? Tentunya kehilangan akan seseorang atau sesuatu yang DIKENAL atau pernah dikenal dan yang dikenal itu DICINTAI.

Bagaimana dengan RINDU akan ALLAH? Bagi kaum yang mengagungkan material, Allah tidak lebih dari proyeksi ketidakberdayaan manusia semata. Namun, penjelasan demikian tidak dapat memuaskan fakta bahwa banyak orang dengan segala cara dan upaya berusaha mencari situasi agar terhubung dengan Allah; atau pada yang ilahi dengan berbagai sebutan. Kalau Allah hanya sekedar proyeksi ketidakberdayaan manusia, untuk apa kemudian manusia berusaha terhubung?

Diskusi kawan kawan di KS memandang bahwa manusia mencari dan berusaha terhubung dengan Allah karena sesungguhnya manusia PERNAH mengalami kebersamaan dan KENAL MENCINTAI ALLAH sebelum manusia lahir. Oleh karena kelahiran di dunia, manusia TERPISAH atau KEHILANGAN KEBERSAMAAN yang indah dengan Allah. Manusia RINDU untuk MENGALAMI KEMBALI kebersamaan dengan Allah. Pengalaman akan ALLAH semacam MEMORI yang DIIMPLANKAN dalam kesadaran manusia

Berkait dengan itu, seorang kawan mempertanyakan apakah kita harus KEHILANGAN dulu baru merasa RINDU? Yang pasti, seseorang harus MENGENAL dan MENCINTAI dulu untuk pernah merasakan RINDU.

Lantas, apa situasi atau Allah semacam apa yang pernah bersama dengan manusia.
Jawabnya bisa beraneka ragam, karena MEMORI IMPLAN yang ada kapasitasnya terbatas dan khas untuk masing-masing orang. Upaya MENCARI dan MENEMUKAN yang dilakukan seseorang akan MEMPERBESAR KAPASITAS dan membawa kekhasan itu menjadi semakin besar.

Tepat di sini, konsep tentang IMAN yang RASIONAL, atau mempertanggungjawabkan iman secara rasional mendapat tempat. Sebab dengan RASIO, kita memperoleh kesempatan memperbesar kapasitas dan dengan demikian memperluas ruang pemahaman IMAN. Sehingga IMAN tidak berhenti dan terjerumus dalam jebakan FANATISME sebagaimana dipertontonkan para vandalis yang anti kemajemukan dan kemanusiaan. IMAN akan berkembang pada kualitas yang juga berkembang.

Dengan demikian, dalam keterbatasan KAPASITAS MEMORI kita akan ALLAH, akan senantiasa diri manusia RINDU akan Allah. RINDU akan ALLAH akan terobati jika kita BERSATU SEMPURNA dengan ALLAH kelak.

Wisma Mahasiswa Driyarkara, 4 Oktober 2010
@ Bernardus Andang Prasetya Adiwibawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar