Senin, 25 April 2011

Garin Nugroho Berbicara Multikultural Lewat Kisah Soegijapranata

Cinema News, Selasa, 19 April 2011. 
Garin Nugroho kembali menyutradarai film layar lebar. Kali ini Garin akan berbicara tentang pentingnya multikultural di bangsa Indonesia dengan memfilmkan salah satu pahlawan nasional yang juga menjadi uskup pertama di Indonesia, Soegijapranata.

"Karena dia adalah seorang tokoh yang mampu mengkomunikasikan ide, gagasannya di tengah konflik  mampu menyatukan multikultural di Indonesia kala itu," tutur Garin Nugroho saat ditanya tentang
ketertarikannya memproduksi film ini, saat press conference Pembuatan Film Perjuangan dan Semangat Soegijapranata, Selasa (19/4) siang di by The Beach, EX Plaza, Jakarta.

Soegijapranata lahir di Surakarta pada 25 November 1896. Kiprahnya tidak sebatas tembok kekatolikan, tetapi merentang jauh sampai kepada keprihatinan bangsa Indonesia waktu itu. Soegijapranata bergumul bersama rakyat Indonesia untuk mengisi nilai keIndonesiaan di tengah perjuangan bangsa yang mendambakan kemerdekaan.

Salah satu contoh bukti kepeduliannya pada multikultural adalah saat Jepang menyerah. Kala itu, di kota Semarang masih sering terjadi provokasi dari para pemuda Semarang untuk menyerang Jepang. Oleh sebab itu terjadilah pembantaian besar-besaran di kota Semarang, yaitu antara pemuda Semarang dan tentara Jepang yang memicu pecahnya perang lima hari di Kota Semarang (15-20 Oktober 1945). Yang terjadi kemudian adalah, Mgr. Soegija berhasil mempertemukan pimpinan tentara sekutu dan pimpinan tentara Jepang di gereja Gedangan untuk menghentikan perang lima hari itu.

"Kita akan fokus menceritakan yang terjadi pada tahun 1940-1949. Periodesiasi ini khusus di Yogya, karena masa itu adalah masa-masa krusial dimana banyak terdapat ideologi. Tahun itu adalah tahun periode puncak Multikultur pertama," terangnya.

Rencananya Garin akan memulai produksi film yang belum ditentukan judulnya ini pada Juli hingga September 2011. Namun semua itu masih belum bisa dipastikan mengingat film ini membutuhkan biaya besar.

"Untuk itu kita mau ajak semua pihak untuk turut membantu lelancaran film ini. Yang pasti film ini bukan film dakwah, tapi film yang mengajak kita semua untuk menghargai budaya luhur," ujar Iswarahadi selaku Direktur Studio Audio Visual Puskat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar