Selasa, 26 April 2011

Mahasiswa Katolik bagian dari Masyarakat dan bagian dari Gereja

by. Auxentia Erythrina Desmisagli (Mahasiswa UNNES F.Psi 2005)
Mahasiswa = kaum intelektual
Asumsi mahasiswa sebagai kaum intelektual sepertinya sudah mendarah daging di masyarakat, hal ini karena mahasiswa memiliki peluang mendapatkan pendidikan yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat secara umum. Persentase mahasiswa yang sangat kecil dibandingkan dengan jumlah usia yang sama, memberikan posisi tawar pada mahasiwa untuk memliki peluang yang besar dalam mengakses informasi maupun jaringan. Oleh sebab itu mahasiswa masuk ke dalam kategori kaum intelektual dimana seorang mahasiswa memiliki daya untuk berpikir, menganalisa dan menggali lebih dalam banyak hal yang mereka temukan. Dalam nada yang sama, secara psikis mahasiwa memiliki jiwa yang suka pada tantangan, intensitas mahasiswa bergesekan dengan wacana dan masalah baik sosial maupun akademik mengolah jiwa mahasiswa menjadi dewasa dan memiliki kepekaan sosial.
Hal ini jelas terlihat pada sejarah, dimana mahasiswa selalu menjadi pelaku perubahan (agent of change). Budi Utomo, Ikrar 28 Oktober 1928, Peristiwa Rengasdengklok, Tumbangnya Orde Lama dan lahirnya Reformasi merupakan serentetan mutiara yang menempatkan mahasiswa sebagai The Rising Star.
Namun, untuk saat ini sepertinya mahasiswa tidak lagi memiliki power untuk muncul ke permukaan sebagai inspirasi perubahan yang bermakna bagi masyarakat. Kasus yang terjadi di Makasar misalnya, demo anarki mahasiswa mencoreng rentetan gelar kehormatan mahasiwa yang selama ini dibangun. Bisa dikatakan sahabat kita di Makasar bertindak benar memperjuangkan rakyat, namun apakah bisa dibenarkan dengan melakukan tindakan anarki, tentu saja tidak. Selanjutnya, gambaran apa dan seperti apa yang sekiranya patut diusahakan oleh seorang mahasiswa dalam perjuangannya. Apakah bentuk usaha/perjuangan hanya bisa dinilai dari aktualisasi demo dan kerumunan banyak orang??
Menjadi refleksi bersama, apa yang sampai saat ini kita lakukan apakah satu-satunya jalan yang terbaik, apakah kepekaan sosial kita sudah kita ungkapkan untuk sebuah perbaikan atau hanya common sesnse yang keluar dari otak cerdas kita (sebatas masturbasi ego)?

Mahasiswa katolik
Katolik memiliki nilai universal, dimana ajaran iman katolik pantas diterapkan oleh semua bentuk kalangan yang ada di dunia. Ajaran cinta kasih warisan dari Mas Kris yang selama ini kita anut adalah fokus dari kerasulan yang kita emban sebagai mahasiswa katolik. Tugas kerasulan yang kita emban saat ini adalah bagaimana menciptakan iklim (habitus) dimana kehadiran kita memberikan kontribusi yang positif bagi orang lain dalam ranah perbaikan tata sosial kemasyarakatan. Hal ini menjadi tugas semua mahasiwa katolik karena mahasiswa katolik adalah bagian dari masyarakat, dimana kita tinggal dan tidak bisa tidak untuk mrnghindar dalam berhubungan dengan masyarakat. Bentuk dan model yang seperti apa adalah tergantung dari setiap panggilan dari masing-masing individu, Dimana Individu Menemukan Allah-Nya.
Dalam suasana kesermarakan tahun Santo Paulus, Mahasiswa Katolik juga diminta untuk berani menggugah dunia dengan peran dan kemampuan yang dimiliki. Menggugah dunia versi St. Paulus adalah menjadi pribadi yang cerdas, mencari kepenuhan iman, sehingga sampai pada akhirnya mampu menjadi suatu aksi pewartaan Kekristenan (nilai-nilai Kristiani).
Pewartaan Paulus mengembangkan kekristenan. Paulus menjalankan karya kerasulannya dengan cara-cara baru yang brilian, inkulturatif dan kontekstual (bdk. Kis 17:22-25), serta melibatkan semakin banyak orang. santo Paulus merupakan sosok yang tidak pernah kehabisan akal dan mengusahakan sesuatu sampai tapal batas paling depan / bersemangat frontier (NoPas 2009 no. 40).

Mahasiswa katolik sebagai warga negara
Rumusan Mgr. Soegijipranoto tentang 100 % Katolik 100% Indonesia adalah reffren yang selalu dikumandangkan oleh warga katolik yang tinggal dan terikat pada hukum Indonesia. Reffren ini, bukan sebatas lirik tanpa lagu, lagu tanpa kunci, juga lagu tanpa penyanyi. Reffren ini adalah nafas yang harus dilakukan untuk tetap menjadi hidup. Menjadi 100 % adalah totalitas kita sebagai warga Gereja juga sebagai warga negara Indonesia yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mempertahankan keutuhan bangsa dan menuntun Indonesia pada pemerataan kesejahteraan sosial.
Dengan demikian Mahasiswa Katolik adalah bagian dari masyarakat juga bagian dari Gereja, usaha yang kita lakukan adalah bagaimana tindakan dan apresiasi tinggah laku kita merupakan bentuk kita untuk memuliakan dan meluhurkan Allah setinggi-tingginya, sehingga mewujudkan tatanan yang indah bagi kehidupan sosial kemasyarakatan.

Membangun Indonesia..mulai dari mana..dari diriku...
Komitmen sebagai Ibu dari Loyalitas dan Dedikasi (KOMPAS, April 2005)
1. Demonstrate extraordinary efforts
Seseorang yang mempunyai komitmen tinggi, tidak segan-segan untuk melakukan upaya-upaya ekstra di atas batasan tugas-tugas formalnya.
2. Be commited
Seseorang yang memiliki komitmen tinggi akan selalu menunjukkan minat yang tinggi terhadap tugas-tugas baru meskipun hal itu menambah bebannya.
3. Passion for Learning
Orang yang berkomitmen juga mempunyai minat yang tinggi untuk selalu belajar dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan, sehingga performencenya meningkat dari waktu ke waktu.
4. Be able to apply new knowledge
Dengan minat yang tinggi maka seseorang yang berkomitmen tinggi mampu mengimplementasikan inovasi-inovasi baru.
5. Willing to sacrife
Karena dedikasi yang tinggi, maka siap untuk berkorban demi tujuan yang diyakini bersama dalam komunitasnya.
6. Express the pride
Memiliki kebanggaan terhadap tujuan komunitas da tidak segan menyampaikan hal-hal positif di masyarakat secara luas.
7. Be accessible
Menyediakan diri untuk mudah diakses sewaktu-waktu bila diperlukan olehhal yang penting menyangkut komunitasnya. 
Semarang, 4 mei 2009
Aktif di PMKRI & di BEM F.Psi 2007, BEM Universitas 2006, HMJ F.Psi 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar