Rabu, 27 April 2011

MENGENAL AJARAN SOSIAL GEREJA (ASG) (Sejak Rerum Novarum 1891 hingga Centessimus Annus 1991)

            Dalam catatan awal buku Diskursus Sosial Gereja karangan Eddy Kristiyanto, OFM, ditulis bahwa Gereja Katolik Roma memiliki tradisi sehat, inspiratif dan sangat kaya berkaitan dengan ajaran sosial. Kalimat ini menunjuk pada satu tradisi di mana pimpinan tertinggi Gereja Katolik Roma atau Paus, membuat ensiklik yang berhasil mengawinkan
antara refleksi Kristen yang didasarkan pada analisis sosial dan sikap kritis terhadap perubahan zaman. Sehingga, dari ensiklik itu lahirlah apa yang disebut ASG. ASG juga menyoroti ekonomi, politik, tata susunan dan perdamaian dunia. ASG telah mempengaruhi kebijakan, sikap dan aksi atau tindakan Gereja di dunia, sampai sekarang!    Maka, ASG adalah kumpulan ajaran paus mengenai sikap Gereja Katolik terhadap keputusan dan perilaku politik-ekonomi-budaya pada zamannya. Inti ajaran ASG mengangkat manusia citra Allah sebagai
makhluk bermartabat yang tidak boleh dieksploitasi atas nama penumpukan modal maupun kepentingan ekonomi-politik.
            Memang, tidak setiap ensiklik yang dilahirkan adalah merupakan ASG. Jadi ada ensiklik yang menjadi ASG dan ada yang tidak. Sebuah studi yang relatif menyeluruh mengenai ASG dengan mendasarkan diri pada ensiklik-ensiklik para Paus sejak 1740 pernah dilakukan oleh M.J Schuck dalam That They Be One. The Social Teaching of the Papal Encyclicals 1740 – 1889. Pengarang menerapkan kriteria tertentu mengapa sebuah ensiklik termasuk dalam sebuah kategori ajaran sosial, dan yang lain tidak. Di sini, Schuck senantiasa menyertakan kriteria tertentu sebelum melakukan penggolangan atas ensiklik-ensiklik sosial. Hal ini berarti pengertian tentang ASG juga relatif jelas  yakni ajaran Paus mengenai sikap Gereja menghadapi konteks politik dan ekonomi yg memerosotkan martabat manusia.
            Mengapa kita berkumpul untuk mempelajari ASG? Pertama, seperti kata Ismartono, SJ dalam pengantar buku Pokok-pokok Ajaran Sosial Gereja, bahwa Gereja Indonesia lebih merupakan penampilan ibadat dari pada penampilan gerakan sosial. Kalau pun ada penampilan gerakan sosial, itu pun masih bersifat sosial karitatif. Hal ini yang menurut saya patut mendapat penekanan lebih dalam forum ini. Sehingga, dengan diskusi ini, bisa mempengaruhi cara beriman kita. Kedua, kita saat ini hidup dalam suasana umum yang tidak menentu menyangkut struktur-struktur sosial misalnya keluarga, tata perekonomian, politik, yang menjadi ajang pertempuran tanpa tapal batas anatara sains, irasionalisme ideologis dan agama. Ketiga, sebagai orang oyang juga bagian tak terpisahkan dari Gereja dan masyarakat, kita dituntut untuk mewujudkan Kerajaan Allah di dunia sebagai konsekuensi baptisan. Kerajaan Allah adalah suatu kondisi yang kita usahakan dengan upaya mewujudkan atau menciptakan tata sosial, ekonomi, politik dan budaya yang identik dengan ciri-ciri Allah sendiri, yaitu perwujudan dari tegaknya nilai keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan, dengan dilandasi iman, harapan dajn kasih. Sebagai orang Indonesia dan Katolik, kita tidak diam diri dan pasif. ”Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan rakyat, khususnya yg miskin dan tersingkir, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga” (Bdk GS 1, Mat 25).

Adalah Paus Leo XIII pada tahun 1891 dengan ensikliknya Rerum Novarum (RN).  Beliau menentang kondisi-kondisi yang tidak manusiawi yang menjadi situasi buruk kaum buruh dalam masyarakat industri yg mermunculan pada era pasca revolusi industri. RN adalah tonggak sejarah ajaran sosial Gereja Katolik Roma. Dengan RN Gereja telah meruntuhkan tembok pemisah, khususnya bahwa  Gereja sebagai institusi mengurung diri terhadap dunia modern. Sikap Gereja jelas ditunjukkan lewat RN. Keberpihakkannya pada kaum buruh sebagai korban perubahan sistem dan struktur sosial sangat jelas. Lebih lanjut, dengan berani Gereja yang berpihak tertuang dalam satu kalimat, “Preferential Option for the Poor”. Disadari, terdapat struktur pemiskinan yg menuntut kita untuk lebih berpihak pada kaum miskin.
Memperingati 40 tahun lahirnya RN, diterbitkanlah ensiklik Quadragesimo Anno oleh Paus Pius XI tahun 1931. Pembangunan kembali tatanan sosial yang ditawarkan lewat QA mengkritik keras penyalahgunaan kapitalisme dan berusaha menyesuaikan pengajaran sosial Katolik dengan keadaan yang sudah berubah. Bidang yang digarap oleh QA adalah melihat kembali dampak RN, perluasan isu-isu sosial ekonomi dan suatu kajian tentang perubahan dalam kapitalisme dan sosialisme modern.   Bukan Kapitalisme dan Buklan Sosialisme, adalah pilihan Gereja. Tanggal 19 Maret 1937, Divini Redemptoris dikeluarkan oleh Paus Pius XII untuk mengecam komunisme. Pada peringatan 50 tahun RN tahun 1941, paus Pius XII membuat pidato radio yg mencengangkan di tengah ancaman perang dunia II.
Selanjutnya, Paus Yohanes XXIII menerbitkan Ensiklik Mater et Magistra (MM, 15 Mei 1961), tentang perkembangan-perkembangan akhir masalah sosial dalam terang ajaran Kristiani; dan Ensiklik Pacem in Terris (11 April 1963), tentang usaha mencapai perdamaian semesta dalam kebenaran, keadilan, cintakasih dan kebebasan. Paus yang sama membuat gebrakan secara internal maupun eksternal dengan mengundang Konsili Vatikan II (KV, 1962-1965). Salah satu buah dari KV II terkait dengan masalah sosial dan keadilan adalah Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes (GS, 7 Desember 1965).     
            Berikutnya, Paus Paulus VI menerbitkan dua ASG, yakni Populorum Progressio (PP, 26 Marte 1967), Octogesima Adveniens (OA, 14 Mei 1971) dan Anjuran Apostolik Evangelii Nuntiani (EN, 8 esember 1975). PP memperkembangkan seruan dan keprihatinan GS KV II. Lebih dari itu, PP mendesak agara pandangan-pandangan KV II dilaksanakan, khususnya terkait perkembangan bangsa-bangsa dalam perjuangannya membebaskan diri dari kelaparan, kesengsaraan, penyakit endemik serta kebodohan. OA ditebitkan untuk memperingati delapan puluh tahu  Rerum Novarum. Ditegaskan di dalamnya bahwa RR merupakan amanat yang tetap merupakan sumber inspirasi bagi tindakan demi keadilan sosial. EN merupakan anjuran apostolik tentang pewartaan Injil dalam dunia modern yang tidak lepasa dari perhatian terhadap keadilan sosial.
            Tidak ketinggalan, Paus Yohanes Paulus II pun melanjutkan penerbitan ASG. Ada empat Ensiklik diterbitkannya sebagai ASG, yakni Redemptor Hominis (RH, 4 Maret 1979), Laborem Exercens (LE, 14 September 1981), Sollicitudo Rei Socialis (SRS, 30 Desember 1987) dan Centesimus Annus (CA, 01 Mei 1991). RH menekankan pentingnya peranan Kristus sebagai penebus manusia dan dengannya menegakkan keadilan bagi manusia. LE diterbitkan untuk memperingati sembilan puluh tahun Rerum Novarum, memberi makna hakikat kerja manusia sebagai kunci persoalan sosial. SRS berisi keprihatinan sosial Gereja mengenai perkembangan sejati manusia dan masyarakat. CA diterbitkan sebagai kenangan seratus tahun Rerum Novarum.
            Begitulah ASG lahir dan berkembang untuk memberi inspirasi agar umat Kristiani dan umat manusia pada umumnya berperilaku adil dalam kehidupan. Kecuali itu, masih asda ASG yang diterbitkan sebagai amanat sinode para Uskup di Roma pasda tahun 1971, yakni Convenientes ex Universo, tentang keadilan di dunia. Pada tahun yang sama diterbitkan pula suatu dokumen dari Sinode para Uskup Sedunia, yakni Iustitia in Mundo (Keadilan di dunia). Di Amerika Latin para Uskup yang tergabung dalam CELAM juga menerbitkan dokumen-dokumen penting seputar keadilan sosial yang bahkan melampuai batas-batas Amerika Latin. Paling tidak dua dokumen terkenal pantas disebut, yakni dokumen Medelin (1968) dan dokumen Puebla (1979).
            Itulah panorama ASG. Paling tidak, panorama tersebut dapat membuka tabir wawasan umat beriman, bahwa Gereja melalui ASG memang mempunyai komitmen yang teguh, konsisten dan berkesinambungan dalam upaya berperilaku adil di dalam kehidupan bersama. Membaca panorama tersebut, kita sebagai umat Katolik di Indonesia, bisa bertanya: Apakah yang bisa kita cerna? Mungkin di antara kita ada yang baru kali ini tahu bahwa kita mempunyai ASG. Nama-namanya pun tampak asing bagi kita. Namun, sebagai bagian dari Gereja Universal, kita diundang untuk bukan saja menjadikan ASG sebagai inspirasi berperilaku adil, melainkan juga mewujudkannya dalam kehidupan konkret, saat dan di sini.
           Romo Pujasumarta, Vikjend KAS, pernah berkata, kita pun bisa membuat ASG versi nasional dan keuskupan kita sendiri. Maka sebenarnya ”Nota Pastoral KWI 2004” dan ”Nota Pastoral KAS 2005” pun bisa juga kita hayati sebagai Ajaran Sosial. Yakni, bagaimana Gereja harus bersikap menghayati diri dan bersikap di tengah situasi penindasan dan ketidakadilan struktural.

Untuk menelaah ASG, kita bisa memusatkan diri pada salah satu dokumen, kemudian melihatnya dari perspektif sejarah, substansi, dan evaluasi atas teks tersebut (kritik teks), serta refleksi kita untuk jaman kini. Karena keterbatasan waktu, kita ambil satu contoh dahulu.

Contoh Telaah: Mater et Magistra (Bunda dan Guru)  
                      
 Ensiklik ini istimewa karena sering disebut sebagai puncak dokumen-dokumen ASG. MM terbit untuk mengenang 70 tahun RN. Angelo Roncalli yang menduduki tahta Santo Petrus tahun 1958 sampai 1963 mengambil nama Yohanes XXIII menerbitkan MM tahun 1961 untuk menjawab keprihatinannya melihat kesenjangan yang menyolok antara negara kaya dan negara miskin. MM ditulis pada saat dunia sedang menghadapi pergolakan besar. Dunia dijejali senjata nuklir. Terjadi perang dingin antara Pakta Wartawa dan NATO. Jadi, Yohanes XXIII menghadapi perubahan yang baru sama sekali dalam sejarah setelah berakhirnya perang dunia kedua. Ensiklik ini merupakan penuntun penting bagi zaman modern. Karena, untuk pertama kalinya ASG mengkaji situasi negara-negara yang belum sepenuhnya mengalami industrialisasi, yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Dunia Ketiga.
Lahirnya Dunia Ketiga pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, dimulai dari  perkembangan industri di Eropa Barat khususnya Inggris dan Jerman mengalami revolusi. Yang dengan kehadirannya mengubah banyak hal. Mengubah tata hidup, pergaulan, cara berpikir, dlsb. Perubahan ini ditandai dengan bergesernya industri rumah tangga yang dikelola secara tradisional menjadi industri di pabrik dengan cara modern, menggunakan bengkel dan mesin-mesin industri baru. Industri menjadi kekuatan baru. Di Inggris misalnya, di sana teradapat sumberdaya yang cukup memadai untuk berkembangnya suatu industri. Dengan cepat, produk-produk buatan Inggris merambah keseluruh dunia, dengan cap “Made in Great Britain”. Sedangkan mulai abad ke-20, disaingi oleh barang-barang ber cap “Made in Germany”.
Munculah suatu babak baru yaitu imperialisme modern. Tulisan Soekarno dalam artikelnya yang berjudul “Swadeshi dan Massa – Aksi di Indonesia” dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi, menuliskan dengan panjang lebar revolusi industri dengan imperialisme modern sebagai sarananya untuk mencari pasar-pasar baru untuk memperdagangkan produk hasil industrinya (terutama kepada negara jajahannya). Imperialisme, ia definisikan sebagai suatu nafsu, suatu politik, suatu stelsel yg menguasai atau mempengaruhi ekonomi bangsa lain atau negeri bangsa lain. Soekarno menuding imperialismelah yang menyebabkan rakyat di Asia dan Afrika sampai saat ini terbelakang.   Tudingan ini jelas bukan tanpa dasar. Ia mencontohkan apa yang dilakukan oleh Inggris terhadap India, negara jajahannya.  Inggris menjalankan strategi menghalang-halangi tumbuhnya industri rakyat India dengan mengadakan bea masuk yang cukup tinggi bagi barang-barang India yang mau masuk ke Inggris. Tapi sebaliknya, bea masuk yang murah bagi barang Inggris yang masuk ke India. Ia juga membuat aturan-aturan pajak yang mencekik leher rakyat India. Sehingga, sebelum 1850, industri di negeri Hindustan telah binasa sama sekali. Itulah cara kerja imperialisme modern. Lain Inggris lain Amerika. Kembali menurut Soekarno, untuk mengenali imperialisme itu ditetapkan oleh warna kapitalisme yang ada di negara tersebut. Warna imperialisme Amerika adalah akibat dari warna kapitalisme di Amerika. Warna imperialisme Belanda akibat dari warna kapitalisme Belanda. Dsb.
Industrialisasi telah mengakibatkan dunia berjalan penuh dengan ketidakadilan. Saat ini pun dengan mudah kita lihat negara-negara berkembang atau Dunia Ketiga menjadi tempat buat pabrik-pabrik raksasa. Dan warga di sekitaranya menjadi kuli dengan ”bonus” limbah industri. Apalagi, banyak dari negara-negara Dunia Ketiga merupakan negara jajahan Dunia Pertama. Dunia Ketiga pada masa kini ibarat keluar dari mulut singa dan masuk mulut buaya. Industrialisasi telah merubah wajah baru kolonilaisme senjata menjadi kolonialisme baru, yaitu imperialisme modern. Imperialisme modern adalah imperialisme tanpa senjata. Imperiaalisme yang terus mencari keuntungan untuk menambah aset. Sama saja dengan kolonilis senjata, imperialisme baru juga mengorbankan Dunia Ketiga. Bedanya, pelaku imperialis baru adalah korporasi-korporasi raksasa dari negara maju.
Catatan di bawah ini lebih banyak menyadur dari buku Diskursus Sosial Gereja karangan Eddy Kristiyanto, OFM karena cara bertutur Eddy dalam membahasakan ASG cukup menyeluruh dan lebih dalam karena menggunakan metode tekstual dan kontekstual. Serta, karena keterbatasan waktu untuk studi bacaan. Perhatian MM terhadap Dunia Ketiga, tentu saja dengan melihat kembali perkembangan dunia pasca perang dunia II, dan sedang berlangsungnya perang dingin. Tiga situasi kontemporer yaang membingkai secara historis ensiklik ini adalah; Pertama, penaklukan ruang. Kedua, perkembangan campur tangan negara untuk membagikan kekayaan yang dihasilkan dan menjamin proteksi sosial bagi semakin banyak orang, dan terakhir dekolonilaisasi politik yang membangkitkan kesadaran negara-negara sedang berkembang di Selatan terhadap Utara yang maju.
MM pertama-tama mau menolong dengan memilah-milah dan membedakan serta memberikan orientasi atau cakrawala menurut ajaran tradisional dalam situasi baru. Bidang-bidang utama MM adalah sebagai berikut; Pertama, tinjauan kritis RN dan QA dan pengukuhan prinsip-prinsipnya. Kedua, situasi negara-negara sedang berkembang. Dan ketiga, tanggungjawab kaum awam menyongsong satu dunia yang lebih adil. Intinya, MM ingin mengatasi kesenjangan yang sedang berkembang. Ada juga pandangan yang menyebutkan kalau MM dilatarbelakangi oleh banyaknya pengangguran. Yang menjadi sorotan pokok yaitu; perlunya intervensi negara, tetapi harus dijunjung tinggi prinsip subsidiaritas. Fenomena sosialisasi. Upah yang adil, yaitu adanya partisipasi dalam pembuatan keputusan. MM masih juga menyinggung soal struktur-struktur atau perangkat untuk wadah gerakan buruh. Dan dalam MM juga mengajarkan ulang tentang hak milik.
Aspek-aspek baru yang disoroti dalam MM yaitu masalah sosial yang menyangkut pertanian, suatu sektor yang perlu diperhatikan dalam ikhtiar dan proses modernisasi terutama di negara-negara berkembang. Negara-negara yang sedang berkembang, masalahnya mungkin lebih besar dari zaman modern. Sikap konkret yang harus ditempuh negara kaya. Dan pertambahan jumlah penduduk. Penyelesaian pembatasan  tidak dapat diterima demi martabat manusia.
Arahan-arahan dari MM berupa nasehat pastoral, yang praktis antara lain; Menentang ideologi sekuler, menegaskan ulang bahwa dunia manusia itu perlu diatur oleh Allah. Pentingnya ajaran sosial bagi orang-orang Kristen. Beberapa komentar menyebut bahwa MM dirasa sebagai legitimasi peranan utama pemerintah untuk mencapai tujuan sosial. Ada pula yang menganggap MM menyingkap keterbukaan pada ajaran Kiri. Sejumlah jurnal konservatif di Amerika kecewa terhadap MM. Namun, tidak dapat disangkal, kalau MM adalah puncak dari ASG. Disambut hangat di mana-mana, gaya bahasanya ringan, kerangka sosialogisnya konkret tanpa pernak-pernik filosofis spekulatif.  
 Sampai tahun 1961 itu, Gereja masih menjadi MM. Artinya, menjadi bunda dan pengajar: Terang, kebijaksanaan, dan kekuatan bagi bangsa-bangsa yang berada dalam kesulitan dan penderitaan, seruan pada asal-usul dan akhir adikodrati sejarah ini.

Selamat Diskusi
Akhirnya, mari merefleksikan ulang dokumen-dokumen ASG dalam konteks hidup kita saat ini. Saat ini globalisasi dengan neoliberaliasinya menjadi sebuah bentuk kolonilaisme dan imperialisme baru. Korporasi-korporasi raksasa menjadi aktor utamanya. Di sisi lain, fundamentalisme pun bergerak mau menguasai ranah keadaban publik dan penguasaan sumber daya alam dan manusia. Menurut Rm Eddy Kristiyanto, Gereja Katolik sedang menghadapi “krisis” serius dalam hal irrelevansi eksternal dan insignifikansi internal (Eddy Kristiyantio, 2007). Bagaimana dalam situasi “krisis”, Gereja (kita sebagai bagian yang tak terpisahkan di dalamnya) tetap menjadi garam dan terang? Bagaimana itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan nyata? Inilah saat untuk bertindak! Selamat berdiskusi.




DAFTAR DOKUMEN ASG

01.   Rerum Novarum, ensiklik Paus Leo XIII, 15 Mei 1891 (RN)
02.  Quadragesimo Anno, ensiklik Paus Pius XII, 15 Maret 1931 (QA)
03.  Divini Redemptoris, 19 Maret 1937, Pius XII (DR)
04. Pidato Radio Mengenang 50 th RN, Pius XII, 22 Februari 1941
05.  Mater et Magistra, ensiklik Paus Yohanes XXIII , 15 Mei 1961 (MM)
06. Pacem in Terris, ensiklik Paus Yohanes XXIII, 11 April  1963 (PT)
07.  Gaudium et Spes, dokumen Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II, 7 Desember 1965 (GS)
08. Populorum Progressio,  ensiklik  Paus Paulus VI, 26 Maret 1967 (PP)
09. Octogesima Adveniens, ensiklik Paus Paulus VI, 14 Mei 1971 (OA)
10.   Convenientes Ex Universo, amanat sinode uskup-uskup, 30 November 1971 (CU)
11.    Evangelii Nuntiandi, ensiklik Paus Paulus VI, 8 Desember 1975 (EN)
12.   Redemptor Hominis, ensiklik  Paus Yohanes Paulus II, 9 Maret 1979 (RH)
13.   Laborem Excercens, ensiklik Paus Yohanes Paulus II, 14 September 1979 (LE)
14.   Iusticia In Mundo, ensiklik Paus Yohanes Paulus II 1981
15.   Sollicitudo Rei Socialis, ensiklik Paus Yohanes Paulus II, 30 Desember 1987 (SRS)
16.   Centesimus Annus, ensiklik Paus Yohanes Paulus II, 1 Mei 1991 (CA)
                                                                                                               

SARAN:

Agar bisa mendiskusikan dokumen ASG  secara optimal, sebaiknya dipakai Langkah A-B-C-B-A

A: Setiap peserta mendapat tugas mempelajari satu dokumen.
B: Peserta membuat saripati bacaan salah satu dokumen ASG dan memaparkannya kepada forum
C: Forum menanggapi dengan kritis konstruktif
B: Peserta menulis ulang telaahnya mengenai dokumen ASG tersebut
A: Peserta merefleksikannya secara pribadi dan membuat niat pribadi.


Semarang, Agustus  2007

Ketua PK4AS (Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan KAS)

Y. Dwi Harsanto, Pr
(Sekarang Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI)






























Paus YOHANES XXIII, Si Tambun Yang Menggembirakan Gereja dan Dunia
                      
Akan lebih lengkap pemaparan mengenai suatu ensiklik jika kita mengenal paus penulisnya. Sebagai contoh bahasan, Mater et Magistra ditulis oleh Paus Yohanes XXIII. Siapa dia? 
Paus tambun ini mempunyai nama asli Angelo Giuseppe Roncalli.  Ia tambun dan wajahnya lucu. Ia memang suka melucu. Tidak hanya fisik, ia juga tambun dalam sejarah alias orang besar dalam sejarah dunia. Ia lahir di dusun kecil  Sotto il Montedi Italia  25 November 1881. Ia anak keempat dari 13 bersaudara. Ia hidup dalam keluarga petani kecil, kontras sekali dengan pendahulunya Paus Pius XII (Eugenio Pacelli) yang berasal dari keluarga kaya.
                                                                                                                
Roncalli ditahbiskan imam pada tahun 1904 di Gereja Katolik Santa Maria di Monte Santo. Sepuluh tahun kemudian, selama PD, dia dimasukkan dalam the Royal Italian Army sebagai seorang sersan di korps medis. Pada tahun 1921, Paus Benediktus XV menunjuk dirinya sebagai presiden Masyarakat Pengembangan Iman. Pada tahun 1925, ia diutus Pius XI sebagai Visitor Apostolik ke Bulgaria. Dia mengambil moto episkopalnya: Obedientia et Pax (Ketaatan dan Damai).

Dia diutus untuk membentuk Delegasi Aposolik ke Turki dan Yunani pada tahun 1935. Ia menggunakan kantornya untuk menolong orang-orang Yahudi yang lari dan mengungsi di Eropa untuk mendapatkan keselamatan dari ancaman NAZI. Pada PD II, Pius XII mengutus dia sebagai Nuncio Apostolik ke Paris.

Pada tahun 1958, diadakan konklaf dan Roncalli terpilih sebagai paus. Ia terpilih pada 28 Oktober 1958 (usia 77 tahun). Berita sumbang mengiringi pemilihannya. Ada isu adanya teori konspirasi dalam pemilihan ini. Diisukan bahwa seorang kardinal konservatif bernama Giusseppe Siri adalah pilihan pertama untuk menjadi paus.  Namun kerusuhan melawan Katolik Roma akan terjadi jika ia yg terpilih. Klaim bahwa Siri harus terpilih diterima hanya oleh kaum separatis sedevacantist dan conclavist.

Biro Intelijen FBI mengklaim bahwa Siri telah dipilih pada pemilihan ketiga konklaf 1958. FBI juga mengklaim bahwa Siri terpilih dan asap putih sudah membubung dari Kapel Sistina, pertanda paus baru terpilih. Bahkan, dikabarkan bahwa Siri telah memilih nama Greogrius XVII dan kala itu sudah siap-siap melangkah ke arah balkon. Tapi karena ancaman, akhirnya para kardinal tak jadi memilih Siri. Siapa kandidat berikutnya? Akhirnya semua memilih Roncalli sebagai paus, bagaikan “kuda hitam” di antara kandidat-kandidat yang hebat dan berpengaruh.

Hangat dan humoris

Sosoknya dikenal hangat, penuh humor segar dan baik hati. Tidak seperti para pendahulunya, dia senantiasa mengarahkan diri langsung ke kamera dan tersenyum bila wartawan mau mengambil gambarnya. Ia dikenal dengan smiling pope. Dia senang mengunjungi para tawanan di penjara.  Ketika First Lady Amerika Serikat Jacqueline Kennedy mengunjungi Vatikan. Dia begitu grogi. Dia dinasihati untuk menyapa Jacqueline dengan dua pilihan: “Mrs. Kennedy, Madame” atau “Madame, Mrs. Kennedy.” Saking groginya, ia tidak mengucapkan dua-duanya, tetapi “Jackie!”

Sumber lain menunjukkan sikap humornya. Setelah dipilih, Yohanes XXIII mengajak para kardinal untuk makan siang. Pada kesempatan itu, ada seorang perempuan dengan pakaian sedikit tersingkap hadir di makan siang. Dia menawari apel ke perempuan itu. ”Silakan, Nyonya, jangan ragu mengambil apel ini karena saat Hawa makan apel dia sadar bahwa dirinya tidak berpakaian.” Itulah si kocak Yohanes XXIII.

Roh Kudus Tak Salah Pilih
Satu titik sejarah yang ia buat adalah membuka Konsili Vatikan II (1962-1965). Niat untuk mengadakan temu akbar ini muncul kurang tiga bulan setelah pengangkatannya. ”Aku ingin membuka jendela Gereja agar kita bisa melihat ke dunia luar dan dunia bisa melihat kita.” Istilah ini kemudian dikenal dengan Argiornamento (bukalah jendela lebar-lebar, agar angin segar masuk ke dalam Gereja).  Dia mengundang gereja-gereja Kristen lain, seperti Protestan, dan Ortodoks, dan perwakilan Islam, Yahudi, dan agama-agama lain sebagai peninjau.

Ia membuka Konsili pada 11 Oktober 1962. Dalam kotbahnya pada misa pembuka yang berjudul Gaudet Mater Ecclesia (Ibu Gereja, Bersukacitalah), dia menolak ramalan-ramalan tentang kiamat yang senantiasa meramalkan bencana di dunia dan masa depan Gereja.

Dia menekankan soal pastoral dan bukan doktrinal. Dia menegaskan bahwa Gereja tidak ingin mengulang atau merumuskan kembali doktrin dan dogma-dogma yang sudah ada, tetapi Gereja harus mengajarkan pesan Kristus dalam terang dunia modern. Dia mendorong konsili untuk menggunakan obat pengampunan daripada senjata kekerasan dan ini tercermin dalam dokumen-dokumen yang akan dihasilkannya.

Sebulan sebelumnya, Paus didiagnosis mengalami kanker lambung. Pada Mei 1963, Paus harus mendapatkan transfusi darah. Pada 3 Juni 1963, pukul 7.49 petang waktu Roma, Yohanes XXII mangkat (usia 82 th). Dia dikuburkan pada 6 Juni 1963. Konsili sempat terhenti. Tanggal 21 Juni 1963 Kardinal Montini terpilih sebagai Paus Paulus VI dan melanjutkan proses konsili sampai selesai tahun 1965.
Pada 6 Desember 1963, Presiden Lyndon B. Jonhson menganugerahinya The Presidential Medal of Freedom sebagai buah relasi yang baik antara Vatikan dan Amerika Serikat. Setahun sebelumnya, Majalah TIME  memilih dirinya sebagai man of the year pada tahun 1962 dan menjadi cover majalah kampiun itu. Banyak kalangan Kristen, Protestan dan Ortodoks, menyebut Yohanes XXIII sebagai pembaharu Gereja yang menggembirakan dunia. Sungguh Roh Kudus tak pernah salah memilih paus.

Pada masa kepausannya, ia mengeluarkan dua ensiklik sosial, yakni Mater et Magistra dan Pacem in Terris . Dia dikenal juga sebagai pendiri komisi untuk revisi Hukum Kanonik. Sumber lain mengatakan bahwa Paus Yohanes XXIII juga pernah mengekskomunikasi Fidel Castro pada 3 Januari 1962 sebagai kelanjutan dekrit Paus Pius XII (1949) yang melarang orang Katolik mendukung pemerintahan Komunis.
Pacem in Terris terkait dengan Krisis Misil Kuba. Dia mencoba meredakan ketegangan antara pemerintahan Kennedy dan rezim Khruschev. Dia membongkar tradisi bahwa paus adalah ’tawanan Vatikan’ dengan pergi ke luar Roma.

Yohanes XXIII dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada 3 September 2000 bersama Paus Pius IX.

Itulah sosok singkat Yohanes XXIII. Semoga tulisan dari kompilasi berbagai sumber ini bisa menjadi pelengkap dalam studi ASG kita.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar