Rabu, 27 April 2011

MENARIK MINAT MEMBACA MAHASISWA

 Fransiska Romana Nurcahyani, Undip FISIP Admisitrasi Publik 2002

Membaca adalah hal yang sangat menyenangkan bagi para peminatnya. Namun hal ini menjadi suatu hal yang sangat membosankan bagi orang-orang yang tidak menggemarinya. Membaca memberikan banyak manfaat bagi kita yang ingin tahu akan sesuatu hal. Dengan membaca buku, koran, majalah atau apapun pengetahuan kita akan sesuatu menjadi bertambah.
Banyak ahli menyatakan, kegiatan membaca memiliki banyak kelebihan dibandingkan
dengan kegiatan lain dalam proses pencarian pengetahuan. Salah satu faktornya adalah, melalui membaca, seseorang telah melibatkan banyak aspek; meliputi berpikir (to think), merasakan (to feel), dan bertindak melaksanakan hal-hal yang baik dan bermanfaat sebagaimana yang dianjurkan oleh bahan bacaan (to act).
Namun bagaimana dengan realitas saat ini? Bagaimana dengan anak-anak, remaja, kaum muda dan para mahasiswa? Meskipun kegiatan membaca memiliki manfaat yang luar biasa, namun tetap saja kegiatan membaca belum menjadi budaya di negara kita. Sebaliknya, kegiatan menonton televisi justru lebih digemari oleh sebagian besar masyarakat. Fenomena sosial tersebut adalah semacam lompatan budaya dalam masyarakat. Kita telah diserbu budaya media, padahal budaya baca belum tercipta dengan kuat.
Itulah, yang menyebabkan mengapa kegiatan membaca tidak menjadi aktivitas yang populis di masyarakat sampai hari ini. Di masyarakat Barat, munculnya budaya menonton televisi setelah didahului dengan terciptanya budaya baca yang kuat. Walaupun masyarakat Barat juga banyak menonton televisi, mereka tetap mampu mempertahankan budaya bacanya secara kuat. Berbalikan sekali dengan apa yang terjadi di masyarakat kita.
Data BPS 2006 juga menunjukkan bahwa masyarakat yang mendapatkan informasi lewat cara membaca baru mencapai 23, 5 %. Kondisi itu lagi-lagi kontras dengan perolehan informasi dari televisi yang mencapai 85,9 %.
Tampak nyata bahwa televisi begitu digemari. Padahal menurut Dharma Singh Khalsa, dalam Brain Longevity, televisi menjadikan otak pasif, melumpuhkan kemampuan berpikir kritis, dan terutama sekali merusak kecerdasan spasial dan otak sebelah kanan. Bahaya paling besar dari televisi ialah mengalihkan perhatian orang dari membaca buku.

Sayangnya, potensi membaca yang sedemikian kuat melekat pada diri setiap individu itu belum bisa berkembang dengan optimal di masyarakat kita. Kesadaran untuk membaca belum tercipta dengan kuat; bahkan seorang sastrawan kita pernah mengeluhkan rendahnya minat membaca di kalangan mahasiswa, yang hanya berkisar 0,002 persen saja.

Mahasiswa kita lebih memilih untuk membeli pulsa daripada membeli buku. Dengan demikian, tampaknya sistem pendidikan kita belum mampu menciptakan budaya membaca di kalangan masyarakat kita, seperti halnya di kalangan mahasiswa. Mereka lebih suka membaca komik dan novel daripada buku-buku ilmu pengetahuan yang mendukung kuliahnya. Ekwan, penjaga persewaan komik, novel, dan cergam di Pleburan Sema-rang, mengakui sebagian besar pelanggan atau pengunjung rentak bukunya adalah mahasiswa.
"Setiap hari, rata-rata buku yang dipinjam mencapai 200 sampai 300 judul. Mahasiswa yang berkunjung kurang lebih 100 orang. Biasanya, para mahasiswa lebih senang meminjam buku-buku komik terbaru,'' kata Ekwan.
Membaca komik dan novel tentu boleh-boleh saja, bahkan bisa juga memberi manfaat positif, sepanjang membaca buku-buku pendukung kuliah tidak dianaktirikan apalagi ditinggalkan. Beberapa mahasiswa justru ''menyalahkan'' sifat buku-buku pengetahuan yang konvensional.
Selain gaya bahasanya kaku, kalimatnya pun panjang-panjang. Belum lagi ukuran buku yang cenderung tebal. Hal inilah yang dikeluhkan Aswin Rizkiano, mahasiswa Ekonomi Undip. '"Saya juga mengamati kurangnya buku-buku dan jurnal ilmiah di perpustakaan kampus, sehingga menghambat pengembangan minat baca masyarakat kampus''.
Dalam realitas yang ada tidak banyak mahasiswa yang gemar membaca. Banyak perpustakaan sepi. Perpustakaan ramai hanya ketika akan ujian, ketika ada tugas baru mahasiswa mengunjungi perpustakaan. Padahal perpustakaan ini diibaratkan sebagai gudang ilmu. Dan di sini perpustakaan benar-benar sebagai gudang yang jarang dikunjungi oleh si empunya rumah itu.

Bagaimana caranya agar masyarakat kita terutama para mahasiswa menjadi gemar membaca? Tidak hanya komik atau majalah hiburan namun juga buku-buku perkuliahan yang dianggap sebagai buku yang konvensional. Bagaimana caranya agar perpustakaan bukan hanya dianggap sebagai “gudang” dimana sebagai tempat barang-barang yang tidak terpakai.

Kita bisa memulai dengan membiasakan membaca dari dini, sejak dalam kandungan seharusnya. Para mahasiswa dapat dibiasakan dengan pemberian tugas oleh dosen kepada para mahasiswa sehingga mahasiswa menjadi terbiasa. Membuat buku menjadi lebih menarik juga merupak hal penting, sehingga kita sebagai pembaca tidak mengalami kejenuhan pada saat membaca. Mungkin bisa dengan gambar atau tulisan yang warna-warni. Karena warna-warna  tertentu memberikan semangat dalam membaca.

Tata ruang perpustakaan tentunya bisa dirubah sehingga pembaca tidak lekas merasa jenuh. Tidak hanya ada meja, kursi, dan sederetan rak-rak buku.

Di Semarang ada sebuah cafe yang di desain sedimikian rupa sehingga di sana bukan saja sebagai tempat anak-anak muda berkumpul untuk menikmati musik, namun di sana juga ada koleksi buku-buku yang dapat dibaca para pengunjungnya. Desain tempat juga dibuat sedemikian rupa sehingga bila ada yang membutuhkan tempat tenang yang tidak berisik juga ada di sana.

Bagi yang merasa kesulitan dalam membaca, berikut sejumlah teknik yang lazim digunakan dalam membaca, disesuaikan dengan tujuannya.
1. Membaca sekilas (scanning)
Gunakan teknik ini untuk mencari informasi tertentu dari suatu buku/makalah, seperti sebuah definisi atau judul bab tertentu. Misalnya, Anda sedang membuat tinjauan tentang sebuah novel dan mendadak lupa nama salah seorang tokoh yang tertembak mati. Anda tidak perlu membaca keseluruhan novel untuk mengetahui hal itu, cukup membaca sekilas pada bagian yang memuat kejadian penembakan tersebut.
2. Skimming
Teknik ini mirip dengan scanning, hanya saja tujuannya untuk mendapat gambaran ringkas akan isi suatu buku/makalah. Jika Anda mendapat tugas membaca lima judul buku dan harus membuat tinjauannya dalam waktu kurang dari tiga hari, Anda mungkin tidak dapat menyelesaikannya jika harus membaca buku itu satu per satu. Cukup membaca secara skimming dan kembangkan tinjauan Anda berdasarkan gambaran umum yang Anda peroleh.
3. Untuk memahami
Teknik ini banyak digunakan untuk membaca materi pelajaran yang baru. Membaca dilakukan dengan lebih perlahan, mendalam dan terkadang diulang-ulang, sehingga terserap dalam ingatan. Untuk mengulang, dapat digunakan teknik skimming.
4. Mengeja
Teknik ini digunakan jika menyangkut istilah asing atau teknis, misalnya fenilpropanolamina HCI. Tujuannya agar pengejaan nama tidak salah dan nama tersebut benar-benar masuk dalam ingatan.
5. Mencatat
Kalau sudah menyangkut materi bacaan yang banyak, catatan-catatan kecil berupa kata kunci atau "jembatan keledai" akan sangat membantu mengingat keseluruhan bacaan.
Semoga dengan tips-tips itu mahasiswa dapat lebih menyukai buku. Sehingga buku bukan hanya sebagai teman tidur. Selamat membaca.

pernah aktif  pendampingan anak jalanan di Yayasan Setara Semarang.
tulisan ini pernah dimuat di abuletin Radix edisi I bulan Nov 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar