Senin, 25 April 2011

Mengapa Film Rama kanjeng Perlu Dibuat ?

Penulis :  DR. G. Budi Subanar SJ Saya telah menggumuli sejarah Mgr. Soegijapranata SJ sejak tahun 1996. Waktu itu peringatan 100 tahun kelahirannya. Sayang di Indonesia, momen istimewa tersebut tidak diperingati secara khusus. Padahal, semboyan “100% Katolik dan 100% Indonesia” yang beliau canangkan sampai sekarang masih terus digemakan. Ada apa di balik kesenyapan seabad Soegijapranata...


Penulis :  DR. G. Budi Subanar SJ

Saya telah menggumuli sejarah Mgr. Soegijapranata SJ sejak tahun 1996. Waktu itu peringatan 100 tahun kelahirannya. Sayang di Indonesia, momen istimewa tersebut tidak diperingati secara khusus. Padahal, semboyan “100% Katolik dan 100% Indonesia” yang beliau canangkan sampai sekarang masih terus digemakan. Ada apa di balik kesenyapan seabad Soegijapranata tersebut? Jangan-jangan Soegijapranata hanya sekedar mitos yang sewaktu-waktu dipanggil jika dibutuhkan tanpa diketahui siapa dan bagaimananya.
Dari keprihatinan tersebut, saya berusaha makin mendalaminya sampai membuahkan beberapa buku yang terkait dengannya. Soegija si Anak Bethlehem van Java. Biografi Mgr. A. Soegijapranata, SJ (Kanisius, 2003), Kesaksian Revolusioner Seorang Uskup di Masa Perang (Galang press, 2003), Menuju Gereja Mandiri. Sejarah Keuskupan Agung Semarang di Bawah Dua Uskup (Penerbit USD, 2005). Syukur, bacaan-bacaan pengenalan dan pendalaman atas tokoh tersebut perlahan-lahan mulai tersebar dan didalami.
Namun untuk menjawab tantangan jaman ini yang dikuasai budaya visual, kiranya penting untuk menampilkannya dalam media visual. Beliau adalah tokoh inspiratif sebagai peletak dasar kekatolikan di indonesia pada umumnya dan di Jawa pada khususnya. Jadi sangat relevan, bahkan sangat urgent untuk menghadirkan Mgr. Soegijapranata dalam bentuk layar lebar.
Tema Mgr. Soegijapranata perlu digarap untuk memberi alternatif atas kecenderungan hidup beragama, dan beriman saat ini yang cenderung menjadi eksklusif bahkan cenderung menjadi fundamentalis. Mgr. Soegijapranata memberi perspektif baru bagaimana orang beriman mampu mengintegrasikannya dalam hidup bernegara dan bermasyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar